PROFIL DESA
NGENEP
Malang merupakan salah
satu kota besar di Provinsi Jawa Timur, tepatnya menenmpati urutan kedua
setelah Surabaya. Tentunya di Malang terbagi menjadi kota dan kabupaten.
Kabupaten di Malang tidak kalah luas ditinjau dari letak geografisnya.
Kabupaten di Malang juga memiliki banyak kecamatan, salah satunya kecamatan
Karangploso yang terdiri dari beberapa. Salah satu nama desa yang akan dibahas
kali ini adalah Desa Ngenep.
Desa Ngenep sendiri
adalah salah satu nama desa yang masih tertinggal diantara desa-desa yang lain
di Kabupaten Malang. Didukung dari data yang diperoleh bahwa jarak tempuh Desa
Ngenep ke ibu kota kecamatan adalah 4,5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu
sekitar 2 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibukota kabupaten adalah 21 km, yang
dapat ditempuh dengan waktu sekitar 0,5 jam.
Dengan demikian akses menuju ibukota kabupaten dan kecamatan masih
sangat terbatas.
Sedangkan dari bukti
lain yang mendukung adalah jenis tanah hitam di desa Ngenep masih kurang bagus
sebagai lahan pemukiman dan jalan, karena cenderung tidak stabil (labil).
Keberadaan tekstur tanah hitam ini juga lembek an beregerak mengakibatkan
jalan-jalan cepat rusak. Karenanya pilihan tekhnologi untuk membangun jalan
dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi pemilihan utama.
Rumah-rumah di Desa Ngenep sendiri masih cenderung menggunakan bahan dari batu
bata ataupun batako untuk tembok. Walaupun begitu pondasi rumah-rumah
masyarakat di Desa Ngenep sangat kokoh sehingga tidak memiliki resiko pecah
atau rapuh sehingga tidak membahayakan masyarakat ang tinggal di rumah
tersebut. Dari 2.707 buah rumah yang ada, sekitar 2.506 buah rumah terbuat dari
tembok dan sisanya dari anyaman bambu.
Di Desa Ngenep sendiri
warganya sebagian besar bermata pencaharian petani, peternak, buruh, dan
wirausaha. Pemuda maupun masyarakat di Desa Ngenep sendiri masih kurangnya
kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi, kurangnya pendidikan ini
menyebabkan keadaan warga yang ada di desa kurang terdidik dan berpengatahuan.
Banyak yang putus sekolah dan melanjutkan bekerja di pabrik. Di Desa Ngenep
sendiri terdapat permasalahan lain seperti pegadaan mitra usaha kerja yang
belum maksimal dan belum dapat terlaksana karena kurangnya akan pengetahuan
teknologinya.
Walaupun demikian Desa
Ngenep masih memiliki potensi yang dapat memajukan desa. Salah satu contohnya
adalah wilayah desa yang secara geologisnya berupa lahan tanah hitam yang
sangat cocok dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase kesuburan
tanah Desa Ngenep terpetakan sebagai berikut:
·
Sangat subur : 359,65 Ha
·
Subur :
567,9 Ha
Hal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan
menghasilkan 8,5 Ton/Ha. Tanaman jenis palawija juga cocok jika ditanam di Desa
Ngenep ini. Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti contih:
kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu serta ubi jalar,
tanaman seperti semangka, melon dan pisang juga sayuran mampu menjadi sumber
pemasukan yang cukup diandalkan bagi penduduk desa ini. Untuk tanaman
perkebunan, jenis tanaman tebu juga merupakan tanaman andalan di desa ini.
Kondisi alam di Desa Ngenep terutama kondisi geologisnya ini telah mengantarkan
Desa Ngenep ini sebagai penyumbang sektor pangan domestik desa bruto terbesar.
Dalam catatan sejarah,
selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di
Desa Ngenep, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik
kronik yang membahayakan masyarakat dan sosial.
Usaha kecil seperti took
perancangan, pedagang pasar, dll masih banyak yang kurang berkembang akibat
keterbatasan dana atau modal dari para pendiri usaha. Tambahan modal sangat
diperlukan bagi perkembagan usaha yang sedang di jalankan, dan mampu memenuhi
kebutuhan keluarga yang layak. Demikian pula bagi usaha produktif seperti
peternak petani dan usaha produktif lainnya juga terkendala dalam hal modal,
sekaligus juga kemampuan pengelolaan usaha yang terbatas sehingga membutuhkan
pembinaan dan pelatihan mengenai managerial yang baik dari dinas-dinas terkait.
Desa Ngenep memiliki luas area persawahan yang sangat luas memiliki potensi
sumber daya manusia SDM yang cukup
handal. Namun demikian kondisi ekonomi yang menghimpit serta penetapan gabah
atau padi maupun. hasil bumi lainnya yang sangat fluktuatif, dimana disaat
mereka harus bercocok tanam harga pupuk mahal, tetapi disaat panen hasil tanam
mereka dibeli dengan harga yang sangat rendah. Hal tersebut menimbulkan
kerugian yang cukup besar bagi petani. Untuk itu koordinasi berbagai pihak
terkait untuk dapat tercegahnya spekulasi harga para tengkulak serta kestabilan
kondisi bisa terus terjaga sehingga petani bisa menikmati hasil jerih payah
mereka secara adil.
Keberadaan Rukun
Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah pemerintahan Desa Ngenep
memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap pelayanan kepentingan masyarakat
wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya dengan pemerintahan pada level
di atasnya. Dari sejumlah Rukun Tetangga inilah sebuah Padukuhan (Rukun Warga/RW)
terbentuk. Wilayah Desa Ngenep terbagi di dalam 15 Rukun Warga (RW) yang
tergabung di dalam 8 Dusun dan posisi Kasun (Kepala Dusun) menjadi sangat
strategis seiring banyaknya limpahan tugas Desa kepada Kasun.